Thursday 21 December 2017

mengajarkan mandiri sedini mungkin


Image result for anak mandiri 
Maghrib beberapa hari lalu,
Kami sedang ada di salah satu mall.
Antri shalat maghrib.

Karna kondisi penuh,
Saya instruksikan Aqila untuk shalat duluan, sementara saya jaga adeknya. Supaya nanti tinggal gantian.

Aqila sudah bersiap berdiri di atas sajadah. Mulai memakai kaos kaki untuk bersiap shalat sampai tiba tiba ada seorang ibu bawa anak lalu berdiri di sajadah yang Aqila tempati.

"Maaf bu, itu tempat anak saya. Anaknya mau shalat," tegur saya pelan.

Si Ibu angkat bahu lalu mundur. "Oh iya," tanggapnya pendek.

Aqila masih juga belum menyelesaikan kaos kakinya, dan ibu itu kembali menempati sajadah tempat Aqila.

"Geseran dikit deh," celetuknya. Daan.. tau tau aja dia takbiratul ihram 😅

Aqila? Kegeser gak lagi di atas sajadah. Jatah sajadahnya habis karna si ibu itu shalat bawa anak seusia Aqila di sebelahnya, heheu..

Akhirnya shalat di atas ubin, itu juga setelah saya puk puk dan besarkan hatinya tentang perilaku si Ibu.

Kejadian itu mengingatkan saya saat beberapa kali meminta Aqila untuk belajar antri bayar di kasir restoran atau swalayan mini.

Beberapa kali saya heran kenapa kok ini bocah antri bayar doang lama banget.

Kemudian siyok menemukan posisi antrian si bocah gak maju maju. Lalu dengan mata kaca bocahnya cerita, antriannnya diselang sama orang dewasa dan dia ga punya keberanian buat negur 😅

Daaan.. as I expected, bocahnya ga mau lagi belajar antri sendiri efek dari ngalamin diselak berkali kali.

Atau saat naik angkot dan abangnya bersikeras Aqila dipangku, supaya angkotnya bisa muat orang dewasa lebih banyak. Meski dari awal sudah saya katakan, ini anaknya dihitung bayar kok.. dan pasti saya bayar dengan hitungan tarif dewasa.

Ucapan saya itu, biasanya ditanggepin dengan "ck.. ck.." atau sejenis ungkapan misuh misuh lainnya oleh si Abang dan beberapa penumpang lainnya, heu..

Saya selalu berupaya husnuzan dengan berpikir mungkiin.. mungkin orang orang itu punya urusan mendesak yang membuat mereka harus buru buru.

Tapi jujur, sebagai Ibu saya merasa kelu harus memberikan penjelasan apa pada anak yang selama ini dididik untuk selalu menghargai hak orang lain, bahkan sesederhana soal hak antri.

Saya bertanya tanya dalam hati, apa yang anak pelajari dengan seringnya melihat orang dewasa menyerobotnya atau mengabaikan haknya cuma karena dia masih kecil?

Duh, Saya mendadak rindu pada sosok Rasulullah yang bahkan di tengah memimpin shalat jamaah, bersujud lamaaa sekali hanya untuk menunggu Hasan dan Husain selesai bermain dan turun dari punggung beliau.. 😥

It takes a village to raise a kid, Bapak Ibu..

Besok lusa kalau papasan sama anak yang lagi  berlatih mandiri dengan duduk sendiri di angkutan umum, ayoo dihargai.

Karna selain itu memang haknya, maksa ibuknya mangku anak 20kg sepanjang jalan itu bikin pegel, jenderaaaal.. 🤣

Besok lusa kalau bertemu dengan anak yang sedang belajar berani dengan antri di kasir mini market, ayooo kita apresiasi.

Berikan gilirannya meski saat antrian bergerak maju, dia nya lagi bengong karna ngeliatin kinderjoy di etalase.

Help us to let the children know, this is how our world works. Dunia yang memberi ruang untuk menghargai hak anak, sehingga mereka pun punya ruang untuk membangun respek pada orang dewasa.

❤Jayaning Hartami
sumber gambar : gambar

0 comments:

Post a Comment

Berbagi, demi kemajuan bersama