Maghrib beberapa hari lalu,
Kami sedang ada di salah satu mall.
Antri shalat maghrib.
Karna kondisi penuh,
Saya instruksikan Aqila untuk shalat duluan, sementara saya
jaga adeknya. Supaya nanti tinggal gantian.
Aqila sudah bersiap berdiri di atas sajadah. Mulai memakai
kaos kaki untuk bersiap shalat sampai tiba tiba ada seorang ibu bawa anak lalu
berdiri di sajadah yang Aqila tempati.
"Maaf bu, itu tempat anak saya. Anaknya mau
shalat," tegur saya pelan.
Si Ibu angkat bahu lalu mundur. "Oh iya," tanggapnya
pendek.
Aqila masih juga belum menyelesaikan kaos kakinya, dan ibu
itu kembali menempati sajadah tempat Aqila.
"Geseran dikit deh," celetuknya. Daan.. tau tau
aja dia takbiratul ihram 😅
Aqila? Kegeser gak lagi di atas sajadah. Jatah sajadahnya habis
karna si ibu itu shalat bawa anak seusia Aqila di sebelahnya, heheu..
Akhirnya shalat di atas ubin, itu juga setelah saya puk puk
dan besarkan hatinya tentang perilaku si Ibu.
Kejadian itu mengingatkan saya saat beberapa kali meminta
Aqila untuk belajar antri bayar di kasir restoran atau swalayan mini.
Beberapa kali saya heran kenapa kok ini bocah antri bayar
doang lama banget.
Kemudian siyok menemukan posisi antrian si bocah gak maju
maju. Lalu dengan mata kaca bocahnya cerita, antriannnya diselang sama orang
dewasa dan dia ga punya keberanian buat negur 😅
Daaan.. as I expected, bocahnya ga mau lagi belajar antri
sendiri efek dari ngalamin diselak berkali kali.
Atau saat naik angkot dan abangnya bersikeras Aqila
dipangku, supaya angkotnya bisa muat orang dewasa lebih banyak. Meski dari awal
sudah saya katakan, ini anaknya dihitung bayar kok.. dan pasti saya bayar
dengan hitungan tarif dewasa.
Ucapan saya itu, biasanya ditanggepin dengan "ck..
ck.." atau sejenis ungkapan misuh misuh lainnya oleh si Abang dan beberapa
penumpang lainnya, heu..
Saya selalu berupaya husnuzan dengan berpikir mungkiin..
mungkin orang orang itu punya urusan mendesak yang membuat mereka harus buru
buru.
Tapi jujur, sebagai Ibu saya merasa kelu harus memberikan
penjelasan apa pada anak yang selama ini dididik untuk selalu menghargai hak
orang lain, bahkan sesederhana soal hak antri.
Saya bertanya tanya dalam hati, apa yang anak pelajari
dengan seringnya melihat orang dewasa menyerobotnya atau mengabaikan haknya
cuma karena dia masih kecil?
Duh, Saya mendadak rindu pada sosok Rasulullah yang bahkan
di tengah memimpin shalat jamaah, bersujud lamaaa sekali hanya untuk menunggu
Hasan dan Husain selesai bermain dan turun dari punggung beliau.. 😥
It takes a village to raise a kid, Bapak Ibu..
Besok lusa kalau papasan sama anak yang lagi berlatih mandiri dengan duduk sendiri di
angkutan umum, ayoo dihargai.
Karna selain itu memang haknya, maksa ibuknya mangku anak
20kg sepanjang jalan itu bikin pegel, jenderaaaal.. 🤣
Besok lusa kalau bertemu dengan anak yang sedang belajar
berani dengan antri di kasir mini market, ayooo kita apresiasi.
Berikan gilirannya meski saat antrian bergerak maju, dia nya
lagi bengong karna ngeliatin kinderjoy di etalase.
Help us to let the children know, this is how our world
works. Dunia yang memberi ruang untuk menghargai hak anak, sehingga mereka pun
punya ruang untuk membangun respek pada orang dewasa.
❤Jayaning Hartami
sumber gambar : gambar
0 comments:
Post a Comment
Berbagi, demi kemajuan bersama