Ini cerita, terjadi sama seorang jamaah haji. Kakak-adik,
laki-laki sama adiknya perempuan. Yang laki-laki, karena istrinya sedang hamil,
tidak sempat membawa istrinya naik haji. Akhirnya dia membawa adiknya yang
perempuan. Begitu dia menjalankan ibadah haji, thawaf, safa, marwa, dan
ibadah-ibadah yang lain, Arafah, Muzdalifah, sampai terakhir, ke lempar
jamarat. Kan lempar jamarat, 3 hari; 11, 12, 13. Kata si laki-laki ini kepada
adiknya yang perempuan, “Ayuk kita segera lemparkan hanya 11 sama 12, tidak
ganjil, lebih cepat. Supaya kita 12 bisa segera pulang, soalnya saya rindu sama
istri saya.” Apa kata adiknya yang perempuan?, “Apa yang kamu rindukan sama
dia? Pendek, dan tidak cantik.” Itu saja ucapannya. Si laki-laki, kakaknya,
pendiam, diam.
Istrinya yang ada di negerinya, melihat mimpi, dirinya
sedang berhaji. Dibawakan mimpi itu kepada seorang ulama yang mentafsirkan
mimpi. Disampaikan ceritanya begini, begini. Kata ulama itu, “Padahal perempuan
itu tidak ibadah haji, tapi kok bisa mimpi? Suami saya saja yang berangkat.”
Apa beliau mentafsirkan?
“Coba tanya sama suami kamu, siapa yang menemani waktu
haji?” Dia bilang, yang temani adalah adiknya yang perempuan. Kata beliau, “Ada
sebuah kata yang telah diucapkan oleh adiknya yang perempuan, mengakibatkan
ibadah hajinya dihadiahkan untuk kamu.” Itu tafsir mimpi.
Berarti, kata, “Apa yang kamu rindukan, dia pendek, kemudian
ngga ada cantiknya,” menghapus ibadah hajinya, diambil sama istrinya si
laki-laki itu, yang tidak sempat haji.
Itu memberikan tanda, bahaya lidah. Dan saya sudah
sampaikan, Allah sengaja menaruhkan lidahnya dalam mulut yang ada dua pintu;
dua bibir dan dua gigi. Dia tidak mudah keluar. Jadi kalau mau keluar lidahnya,
angkat giginya, angkat bibirnya, berarti proses, kan. Tapi terlalu kita
gampang, akhirnya kita tidak sadar.
Kata Rasulullah, “Barangsiapa yang menjaminkan ini (lidah),
saya jamin dia masuk surga.” Biarpun kurang ibadah, biarpun kurang shalat
malam, lail, yang lain, masih banyak kekurangan, tapi kata Rasul, “Ini (lidah),
Kamu jamin ini (lidah)? Saya jamin kamu masuk surga.” Shadaqa Rasulullah.
Bapak ibu yang saya sayangi, jaga lidahnya. Sayang sholat
malam kita, sayang puasa senin kamis kita, puasa nabi daud kita, Dhuha yang
setiap hari kita. Jangan terlalu gampang kita menghadiahkan amal yang kita
sudah capek untuk kita lakukan dan kita mohon diterima, dengan seenak-enak,
mudah, gampang, kita hadiahkan ke orang lain. Jangan, sayang sekali. Jadi saya
mohon semua Anda berpikir lebih bijaksana, lebih merasa malu.
Kata Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat, Apakah kalian
tahu siapa orang yang bangkrut?
Kata sahabat, Orang yang bangkrut ya Rasulullah adalah orang
yang sudah tidak punya harta lagi. Dia berbisnis, kemudian rugi dalam
bisnisnya, habis, hancur.
Kata Rasulullah, Bukan
Kalau kita, bahasa kita, bangkrut adalah orang yang sudah
jatuh dalam dunia bisnis, sudah habis hartanya, tidak bisa berdiri lagi. Tapi
kata Rasul, “Bukan, bukan yang itu.” Kalau kerugian harta, gampang bisa diurus
soal harta. Tapi kerugian yang besar, Al Muflis, “Man indahu minal
‘amalisholihati man jibal”, memiliki amal sholeh sebesar gunung-gunung, tinggi,
banyak, sebesar gunung-gunung, datang hari kiamat, Allah tunjukkan amal
sholehnya. Dia bangga dan senang saking banyaknya dan saking tingginya, tapi
dia suka mencaci maki orang, gosip orang, fitnah orang, menzalimi orang, Allah
menghapuskan semua amalannya dan dia habis itu masuk neraka.
Persis apa yang telah diceritakan kepada Rasul SAW, seorang
wanita tetangga masjid zaman Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, Ini wanita
berpuasa, dan sholat malam tidak pernah berhenti. Tapi ya Rasulullah, dia punya
satu masalah; tetangganya tidak selamat dari ucapannya. Lidahnya terlalu kejam
sama tetangganya.” Kata Rasulullah, “Dia masuk neraka.” Puasanya? Qiyamul lail
nya? “Qawwamah.” Dalam bahasa Arab, kalau berkata “Sawwamah” (berarti) baanyak
puasa, “Qawwamah” (berarti) baanyaak qiyamul lail. (Jadi) bukan sebentar.
“Qawwamah”, (berarti) saking sering qiyamul lail, saking sering berpuasa,
diberi tambah kata dalam Bahasa Arab yang tertinggi, “Sawwamah”, “Qawwamah.”
Tapi punya masalah ini, (lidah). Kata Rasulullah, “Dia masuk neraka.”
Itulah saking pengaruhnya kata negatif, dan disamping itu,
kata positifnya sangat berguna, bermanfaat. Islam itu seimbang, ada bahaya, ada
juga baik, ada positif ada juga negatif. Sebagaimana ada ancaman bagi orang
yang mengucapkan kata-kata yang bisa membawa masuk neraka, ada juga kabar
gembira bagi orang yang mengucapkan kata yang baik, Allah akan jadikan sedekah
jariyah. “Perkataan yang baik itu, sedekah.” [Syahida.com]
Sumber: Syeikh Ali Jaber
0 comments:
Post a Comment
Berbagi, demi kemajuan bersama