sumber : google
Sejarah peradaban manusia mencatat banyak nama yang
menggoreskan kisah di lembaran-lembaran zaman tentang keahlian militer yang
layak ditiru. Di antara tokoh militer yang paling cemerlang adalah panglima
Islam Khalid bin al-Walid radhiallahu ‘anhu. Ia berada di puncak para ahli
strategi militer. Kesimpulan itu berangkat dari kemampuannya menggetarkan
benteng-benteng Persia dan Romawi dalam hitungan tahun yang singkat saja –atas
izin Allah-.
Padahal dua kerajaan itu adalah kerajaan adidaya.
Karena kepemimpinan militernya, Islam tersebar di Jazirah Arab, Iraq, dan Syam
dengan mulia dan penuh wibawa. Saking mengerikan dan hebatnya tipu daya
(strategi) Khalid dalam berperang, sampai-sampai Abu Bakar memujinya dengan
ucapan, “Demi Allah, orang-orang Romawi akan lupa dengan tipu daya setan karena
(kedatangan) Khalid bin al-Walid.” Abu Bakar radhiallahu ‘anhu juga mengatakan,
“Para wanita tidak akan mampu lagi melahirkan seseorang seperti Khalid.” Kaum
muslimin mengenalnya dengan sebutan Saifullah (pedang Allah). Sebutan itu
melekat bermula saat Rasulullah menyebutnya demikian di hari keislamannya,
“Engkau adalah pedang di antara pedang-pedang Allah yang Dia hunuskan kepada
orang-orang musyrik.”
Irak
adalah sebuah negara di Timur Tengah atau Asia Barat Daya, yang meliputi
sebagian terbesar daerah Mesopotamia serta ujung barat laut dari Pegunungan
Zagros dan bagian timur dari Gurun Suriah. Negara ini berbatasan dengan Kuwait
dan Arab Saudi di selatan, Yordania di barat, Suriah di barat laut, Turki di
utara, dan Iran di timur. Irak mempunyai bagian yang sangat sempit dari garis
pantai di Umm Qashr di Teluk Persia. Irak mempunyai sejarah yang kaya. Kini
Irak termasuk negara berkembang di tengah-tengah perang saudara. Setelah
khalifah Abu Bakar ash- Shiddiq merampungkan urusan dalam negeri, mulailah
beliau berpikir mengamankan daerah perbatasan. Khususnya wilayah-wilayah yang
berdekatan dengan Persia dan Romawi.
Karena bukan rahasia lagi, dua kerajaan besar ini
tengah mempersiapkan diri menyerang Daulah Islamyah yang baru tumbuh. Abu Bakar
mengutus panglima- panglima terbaiknya untuk mengamankan perbatasan. Khalid bin
al-Walid membawa pasukan besar yang berjumlah 10.000 orang menuju Irak.
Al-Mutsanna bin Haritsah asy- Syaibani menuju wilayah Hirah. Iyadh bin Ghanam menuju
Daumatul Jandal dan kemudian bergabung ke wilayah Hirah. Dan Said bin al-Ash
dengan 7000 pasukan menuju perbatasan Palestina. Persia dan Romawi pun dibuat
sibuk oleh negara kecil yang berpusat di Madinah itu. Khalid bin al-Walid
berhasil merebut wilayah selatan Irak, kemudian menaklukkan Hirah. Sementara
pasukan Iyadh menghadapi kesulitan melawan orang-orang Ghasasinah. Khalid pun
datang membantu Iyadh. Setelah itu, ia kembali lagi menuju Irak.
0 comments:
Post a Comment
Berbagi, demi kemajuan bersama