Antum jangan kaget ya.. Saya mau ngasih kabar mengejutkan. Pokoknya Antum jangan kaget.
Pernah beberapa kali saya iseng nanya ke teman-teman. Mereka semuanya adalah anak pengajian. Kalau di sekolah atau di kampus, mereka dibilangnya anak rohis atau aktivis dakwah. Ternyata hampir semuanya menjawab:
'Belum pernah!'
Pertanyaan saya sebenarnya sederhana: "Selama hidup ini, berapa kali Antum menamatkan baca terjemahan al-Qur'an?"
Hayoo... ! Kalau Antum pernah berapa kali? Jangan-jangan belum pernah sekali pun!
Kenapa saya iseng mengajukan pertanyaan seperti ini?
Ceritanya waktu itu, waktu saya masih kuliah, teman sekamar saya pernah nanya tiba-tiba. Tanpa saya sangka-sangka.
_*Ente pernah berapa kali namatin baca terjemahan al-Qur'an?*_
Saya waktu itu nggak bisa jawab langsung. Saya terdiam sejenak. Karena seingat saya, tidak pernah sekalipun saya meniatkan untuk membaca rutin terjemahan al-Qur'an dari awal sampai akhir.
Kalau khatamin al-Qur'an alhamdulillah sering. Terutama di bulan Ramadhan. Tapi kalau namatin baca terjemahannya, sepertinya belum pernah.
Pernah waktu SMA dulu, sambil nunggu waktu Isya, saya biasa baca-baca buku tafsir al-Qur'an yang ada di rak masjid. Tapi nggak sampai selesai. Kesimpulannya memang saya belum pernah sekalipun membaca terjemahan al-Qur'an dari awal sampai akhir, dengan niat untuk menamatkannya.
Teman saya, kemudan berkata:
_*Orang non Muslim ajah ada yang mau membaca terjemah al-Qur'an sampai selesai...*_ _*Banyak yang kemudian dapet hidayah karena baca terjemahan al-Qur'an....*_
Semenjak itu, saya jadi tersadar. Bener juga kata teman saya ini. Mestinya kita orang Islam yang harusnya lebih semangat baca terjemahan al-Qur'an. Bukankah kita sering mengatakan:
Al-Qur'an pedoman kita...
Al-Qur'an adalah petunjuk kita...
Al-Qur'an adalah pelita...
Al-Qur'an ibarat peta...
Namun yang jadi pertanyaan sekarang:
Gimana bisa al-Qur'an jadi petunjuk, kalau artinya saja kita nggak tau???
Nah...!
Ini PR buat kita semua..
Ini renungan buat kita bersama, termasuk saya...
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Hajrul Qur`an (berpaling dari al Qur`an) itu ada beberapa bentuk.
* Pertama : Berpaling tidak mau mendengarkannya , dan tidak mengimaninya.
* Kedua : Tidak mengamalkannya, dan tidak berhenti pada apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkannya, walaupun ia membaca dan mengimaninya.
* Ketiga : Ttidak berhukum dengannya dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) serta cabang-cabangny a.
* Keempat : Tidak merenungi dan tidak memahami, serta tidak mencari tahu maksud yang diinginkan oleh Dzat yang mengatakannya.
* Kelima : Tidak mengobati semua penyakit hatinya dengan al Qur`an, tetapi justru mencari obat dari selainnya. Semua perbuatan ini termasuk dalam firman Allah Azza wa Jalla:
“Rasul berkata : “Wahai, Rabb-ku. Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al Qur`an ini sesuatu yang tidak diacuhkan”. [al Furqan/25 : 30].
Semoga yang sedikit ini jadi pengingat untuk kita semua.
Baarakallahu fiikum
(Dikutip dari https:// almanhaj.or.id/ 2767-meraih-cint a-allah-subhana hu-wa-taala-den gan-al-quran.ht ml)
Pernah beberapa kali saya iseng nanya ke teman-teman. Mereka semuanya adalah anak pengajian. Kalau di sekolah atau di kampus, mereka dibilangnya anak rohis atau aktivis dakwah. Ternyata hampir semuanya menjawab:
'Belum pernah!'
Pertanyaan saya sebenarnya sederhana: "Selama hidup ini, berapa kali Antum menamatkan baca terjemahan al-Qur'an?"
Hayoo... ! Kalau Antum pernah berapa kali? Jangan-jangan belum pernah sekali pun!
Kenapa saya iseng mengajukan pertanyaan seperti ini?
Ceritanya waktu itu, waktu saya masih kuliah, teman sekamar saya pernah nanya tiba-tiba. Tanpa saya sangka-sangka.
_*Ente pernah berapa kali namatin baca terjemahan al-Qur'an?*_
Saya waktu itu nggak bisa jawab langsung. Saya terdiam sejenak. Karena seingat saya, tidak pernah sekalipun saya meniatkan untuk membaca rutin terjemahan al-Qur'an dari awal sampai akhir.
Kalau khatamin al-Qur'an alhamdulillah sering. Terutama di bulan Ramadhan. Tapi kalau namatin baca terjemahannya, sepertinya belum pernah.
Pernah waktu SMA dulu, sambil nunggu waktu Isya, saya biasa baca-baca buku tafsir al-Qur'an yang ada di rak masjid. Tapi nggak sampai selesai. Kesimpulannya memang saya belum pernah sekalipun membaca terjemahan al-Qur'an dari awal sampai akhir, dengan niat untuk menamatkannya.
Teman saya, kemudan berkata:
_*Orang non Muslim ajah ada yang mau membaca terjemah al-Qur'an sampai selesai...*_ _*Banyak yang kemudian dapet hidayah karena baca terjemahan al-Qur'an....*_
Semenjak itu, saya jadi tersadar. Bener juga kata teman saya ini. Mestinya kita orang Islam yang harusnya lebih semangat baca terjemahan al-Qur'an. Bukankah kita sering mengatakan:
Al-Qur'an pedoman kita...
Al-Qur'an adalah petunjuk kita...
Al-Qur'an adalah pelita...
Al-Qur'an ibarat peta...
Namun yang jadi pertanyaan sekarang:
Gimana bisa al-Qur'an jadi petunjuk, kalau artinya saja kita nggak tau???
Nah...!
Ini PR buat kita semua..
Ini renungan buat kita bersama, termasuk saya...
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Hajrul
* Pertama : Berpaling tidak mau mendengarkannya
* Kedua : Tidak mengamalkannya,
* Ketiga : Ttidak berhukum dengannya dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) serta cabang-cabangny
* Keempat : Tidak merenungi dan tidak memahami, serta tidak mencari tahu maksud yang diinginkan oleh Dzat yang mengatakannya.
* Kelima : Tidak mengobati semua penyakit hatinya dengan al Qur`an, tetapi justru mencari obat dari selainnya. Semua perbuatan ini termasuk dalam firman Allah Azza wa Jalla:
“Rasul berkata : “Wahai, Rabb-ku. Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al Qur`an ini sesuatu yang tidak diacuhkan”. [al Furqan/25 : 30].
Semoga yang sedikit ini jadi pengingat untuk kita semua.
Baarakallahu fiikum
(Dikutip dari https://
0 comments:
Post a Comment
Berbagi, demi kemajuan bersama